Manghopir adalah sebuah desa di wilayah Karachi, Pakistan. Penduduknya terdiri dari berbagai etnis, yaitu beberapa diantaranya adalah Pakhtun, Punjab, Muhajir, Kashmir dan 99% populasinya beragama Islam.
Menurut legenda asal nama Manghopir adalah terjadi pada abad ke 13. Pada masa tersebut ada seorang penyamun bernama Mangho Wasa. Dia terkenal sebagai penjarah kafilah yang kejam. Suatu saat seorang saleh bernama Baba Farid Ganj Shakar yang sedang melakukan perjalanan ke Mekkah untuk melakukan ibadah haji di hadang oleh Mangho Wasa di daerah Karachi. Mangho Wasa berniat merampok Baba Farid, namun niatnya itu tidak jadi dilaksanakan karena terkesan oleh sikap Baba Farid yang santun, berwibawa dan rendah hati. Setelah kejadian itu Mangho Wasa memutuskan untuk masuk islam dan belajar sufi kepada Baba Farid. Baba Farid terkesan dengan perubahan yang terjadi pada Mangho Wasa dan kemudian memberi Mangho Wasa gelar "Pir" atau orang suci. Setelah meninggal dunia, Mangho Wasa dikuburkan di sebuah kuil sufi yang ada di sana dan hingga kini dikenal dengan sebutan Sakhi Sultan Manghopir.
Masyarakat Manghopir khususnya dari etnis Sheedi, sebuah etnis Pakistan keturunan Afrika, memiliki ritual unik "Sheedi Mela", yaitu sebuah ritual buaya keramat. Sheedi Mela diadakan setiap tahun di rawa dekat sebuah kuil sufi Sakhi Sultan Manghopir. Selama ritual orang-orang memberi makan buaya, menari dan bernyanyi di sekitarnya. Ritual ini juga dilakukan sebagai ritual pemberkatan bagi bayi yang baru lahir. Seorang ayah yang baru memiliki bayi akan menimang nimang bayinya di atas rahang buaya yang terbuka lebar. Dengan cara itu , maka sang bayi diyakini telah diberkati. Selain itu, selama ritual berlangsung orang-orang akan memberikan persembahan daging kambing segar pada buaya-buaya tersebut, jika buaya-buaya itu memakan persembahannya itu berarti pertanda akan datang keberuntungan dan buaya-buaya itu tidak akan menyerang warga.
Ritual ini hanya dilakukan oleh etnis Sheedi di Manghopir Karachi Pakistan. Meskipun mereka telah beragama Islam, tetapi tradisi leluhur mereka yang berasal dari kalangan budak Afrika/Mesir masih dianut dan tetap mereka lakukan hingga saat ini.
Lalu darimana buaya-buaya itu berasal?. Buaya-buaya tersebut merupakan bagian tak terpisahkan dari kuil dan legenda para orang suci Manghopir. Ada tiga versi cerita tentang asal usul buaya tersebut. Mitos pertama, buaya tersebut berasal dari hadiah Baba Farid pada Mangho Wasa. Mitos kedua, buaya tersebut ada ketika seorang suci terkenal Lal Shahbaz Qalandar datang ke daerah tersebut untuk menjadikannya tempat yang lebih layak huni. Dari lembah yang gersang menjadi tanah yang subur. Lal Shahbaz Qalandar, membuat sumber mata air panas (saat ini, sumber mata air tersebut berada sekitar satu kilometer dari kuil) yang keluar dari dalam bebatuan dan menumbuhkan semak belukar dan pohon pohon palem di sekitarnya. Lal Shahbaz Qalandar kemudian memberi Mangho Pir seekor buaya sebagai hadiah dan memasukkannya ke dalam sumber mata air. Mitos ketiga, buaya-buaya tersebut didapatkan Mangho Pir dari seorang suci bernama Mor Mubarak yang dibawa dari gua di Korangi.
Menurut penelitian ilmiah, buaya-buaya itu berasal dari banjir bandang yang terjadi ribuan tahun lalu dan kemudian berkumpul di rawa itu. Sedangkan berdasarkan penelitian arkeologi, buaya-buaya itu ada sejak zaman perunggu (2500-1700 SM) di dekat Manghopir.
Shandy Purnama
Sumber:
- www.wikipedia.org
- www.pakistan.tv
- www.irandefence.net
- www.bbcknowledge.com
No comments:
Post a Comment